Cari Blog Ini

2/02/2012

Menhan Minta APBN-P 2012 Alokasikan Biaya Hibah Hercules


C-130H Hercules A97-009 dari No. 37 Squadron RAAF. (Foto: Australia DoD)

24 Januari 2012, Senayan: Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meminta Komisi I DPR dapat mendukung penerimaan hibah pesawat angkut militer Hercules jenis C130 seri H dari Australia sebanyak empat unit. Biaya upgrade dan retrofit pesawat Hercules dari Australia sekitar Rp 350 miliar diharapkan dapat dialokasikan dalam APBN-P 2012.

"Kami berharap (alokasi dana) terkait rencana Kemhan menerima hibah empat unit pesawat Hercules bekas dari Australia itu dalam APBN–P 2012 ini. Mengingat dalam APBN 2012 dalam semester I ini, belum ada alokasi untuk kepentingan itu," kata Purnomo dalam raker dengan Komisi I DPR, Selasa (24/1).

Menhan mengatakan, bahwa keputusan Australia memberikan hibah 4 unit Hercules ini setelah mendapat persetujuan dari AS, sebagai negara produsen pesawat tersebut. "Di mana dalam pertemuan Presiden RI dengan PM Australia dan Presiden AS di Bali tahun lalu, pihak Australia secara resmi menyampaikan pada Presiden SBY, bahwa telah ada persetujuan dari AS," ungkapnya.

Sebelum Menhan memberikan penjelasan, Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin sempat mempertanyakan soal kebenaran rencana Pemerintah RI menerima hibah pesawat Hercules bekas dari Austrlia tersebut. Mengingat sebelumnya pemerintah tidak pernah memberikan informasi dan kepastian untuk menerima hibah pesawat tersebut. Meski tahun sebelumnya sesungguhnya DPR telah menyetuji alokasi anggaran sebesar Rp 450 miliar untuk kepentingan itu.

"Namun kan informasi yang berkembang, batal hibah pesawat itu," tanya Hasanuddin.

Purnomo menambahkan kehadiran empat unit pesawat Hercules itu nantinya akan menambah kekuatan pertahanan Indonesia termasuk untuk membantu akomodasi penanggulangan bencana.

Sumber: Jurnal Parlemen

DPR Setujui Pembelian MBT, Tolak Beli Leopard dari Belanda

Pabrikan Leopard akan datang pada 26 Januari untuk menawarkan Leopard ke TNI. (Foto: KMW)

24 Januari 2012, Jakarta: Meskipun menolak pengadaan tank bekas Pemerintah Belanda jenis Leopard 2A6, DPR menegaskan menyetujui pengadaan main battle tank (MBT). DPR dan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan serta TNI akan memperdalam kajian terhadap kebutuhan MBT ini.

"Untuk pengadaan MBT kami setuju. Tapi untuk detailnya perlu pembahasan. Kami senang ada dialog, karena mereka sebelumnya tidak terbuka dan kesannya sudah pasti akan membeli Leopard,” kata wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin usai raker Komisi I dengan Kementerian Pertahanan dan TNI di Jakarta, Selasa (24/1).

Dia menuturkan, penolakan DPR terhadap rencana pembelian tank Leopard bukan hanya atas pertimbangan kecocokan dengan wilayah geografis Indonesia, tapi juga pertimbangan rencana strategis (renstra), anggaran, dan ancaman.

Dalam raker tersebut terungkap kebutuhan TNI adalah pada MBT, bukan pada Leopard. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebutkan, MBT yang dibeli tidak harus Leopard asal memenuhi spesifikasi kebutuhan TNI sebagai pengguna. “Kami akan memperdalam semua aspek, karena jumlah uang belum disepakati dan TNI sendiri ternyata belum memutuskan pembelian Leopard,” imbuh Tubagus.

TNI Kaji MBT Selain Leopard

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menyatakan main battle tank (MBT) Leopard milik militer Belanda bukan pilihan mutlak dalam rencana pembelian tank.

“Leopard sedang dibahas, dan itu baru satu opsi untuk pengadaan alutsista. Keputusannya belum final dan kami masih mengkaji mana yang lebih tepat,” kata Agus, di sela-sela Raker dengan Komisi I di Gedung DPR, Selasa (24/1). Menurutnya, saat ini TNI khususnya TNI AD memerlukan tank berat untuk pertahanan nasional.

Pengadaan ini merupakan salah satu program dalam modernisasi alutsista demi mencapai Minimum Essential Forces (MEF). Panglima juga meminta persoalan ini tidak dijadikan isu yang mencolok sehingga seolah-olah terdapat masalah antara pemerintah dengan DPR.

“Leopard itu salah satunya, jadi tidak hanya Leopard. Mohon tidak dijadikan isu seolah pemerintah dan DPR tidak cocok,” katanya. Menurutnya, selain Tank Leopard yang ditawarkan Belanda ada juga tawaran MBT lain dari negara yang berbeda.

Dalam hal ini, TNI sedang melakukan kajian untuk mendapatkan pilihan yang terbaik. Namun begitu, dia tidak merinci tank lainnya tersebut. “Kami sedang mencari solusi terbaik mana main battle tank yang paling tepat," katanya.

Jerman Tawarkan Leopard

Selain Belanda, ternyata Jerman juga menawarkan tank Leopard pada Indonesia. Perwakilan negara pembuat tank tempur (MBT) itu bahkan akan datang ke Indonesia untuk melakukan pembicaraan terkait rencana jual beli ini.

“Tanggal 26 nanti tim Jerman akan datang ke Indonesia. Jadi kami bisa membandingkan apakah lebih baik membeli di Jerman atau Belanda,” kata Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo dalam raker antara Komisi I dengan Kemhan dan Panglima TNI di gedung DPR, Selasa (24/1).

Menurut KSAD, persoalan ketidaksetujuan parlemen Belanda terhadap penjualan Leopard pada Indonesia sudah disampaikan pada pemerintah Belanda. Dalam pertemuan dengan Belanda, 21 Desember 2011 lalu, KSAD telah mempertanyakan keseriusan Belanda dalam menjual Leopard-nya.

“Mereka tanya, kami jadi mau beli atau tidak. Sebelum saya jawab saya tanya, Belanda jadi jual atau tidak,” katanya.

Pengadaan MBT ini, kata Pramono, untuk menyamakan teknologi alutsista dengan negara-negara lain. Di wilayah Asia Tenggara, mayoritas negara telah memilikinya, bahkan di seluruh dunia.

Selain Indonesia, negara yang belum memiliki MBT adalah Timor Leste dan Papua Nugini.

Saat ini ada beberapa varian tank Leopard. Varian yang diklaim terbaik adalah Leopard 2A6. Varian bermesin disel ini pengembangan dari Lopard 2A5. Leopard 2A6 diklaim melebihi Abrams M1A2, Challenger 2 dan Leclerc dalam hal perlindungan, daya tembak dan mobilitas.

Leopard 2A6 dan variannya digunakan militer Jerman, Kanada, Yunani, Belanda, Portugal dan Spanyol. Tank tangguh ini diproduksi Jerman dan Spanyol.

Sumber: Jurnas

Danpusenkav: Leopard Pilihan Terbaik


Leopard 2. (Foto: KMW)

26 Januari 2012, Jakarta: Pembelian tank tempur utama (main battle tank/MBT) Leopard 2A6 dianggap paling menguntungkan ketimbang memborong MBT jenis lain.Negosiasi dilakukan tim dari TNI Angkatan Darat dengan pihak penjual, yakni Belanda dan Jerman.

Menurut Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri (Danpusenkav) Kodiklat TNI Angkatan Darat Brigjen TNI Purwadi Mukson, ada beberapa keuntungan yang didapat jika pemerintah membeli MBT Leopard, di antaranya transfer of technology (ToT) sehingga dapat membantu pembangunan industri tank di dalam negeri. “Ada jaminan purna jual sampai sekian puluh tahun,” ujarnya di Jakarta kemarin.

Dia mengakui,ada berbagai jenis MBT lain dengan kualitas yang mumpuni, seperti Merkava dari Israel, Abrams dari Amerika Serikat,ataupun T-90 asal Rusia. Pemerintah tidak melirik Merkava karena ToT sulit didapat, lagi pula belum tentu Israel bersedia melego. “Buat apa kita beli kalau tidak ada ToT,kita ini kan tidak hanya beli,”katanya. Begitu juga dengan Abrams dan T-90 masih kalah memikat,setidaknya berdasarkan segi penggunaan bahan bakar dan harga yang lebih mahal.

Kedua MBT tersebut memakai satu jenis bahan bakar, sedangkan Leopard multifuel. Dari segi kemampuan, lanjut dia, Leopard 2A6 memiliki keunggulan jarak tembak dibandingkan dengan tank buatan Rusia yang kini dipakai Malaysia, PT-91M, yakni 6 km untuk Leopard dan 5 km untuk PT- 91M. Leopard juga mampu menyelam dalam air berkedalaman tak lebih dari empat meter dan mampu menembak siang dan malam. Namun,PT- 91M memiliki kaliber lebih besar, yakni 125 mm berbanding 120 mm.

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) TNI Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo menuturkan, pada21 Desember 2011lalu dirinya melakukan komunikasi dengan tim dari Belanda terkait rencana pembelian Leopard di Jakarta.“Besok 30 Januari mereka mengundang secara resmi kepada saya untuk meninjau ke sana. Mereka membutuhkan untuk menjual tank itu,”ujarnya.

Meski demikian, proses penjajakan tidak hanya dilakukan dengan pihak Belanda, tapi juga dari Jerman selaku negara produsen Leopard. “Tanggal 26 esok, tim dari Jerman datang kepada saya. Saya akan bandingkan apakah lebih baik dari Jerman atau dari Belanda,”katanya. Dia mengaku tidak menentukan jenis MBT yang akan dibeli. Semuanya diserahkan kepada prajurit di lapangan yang nantinya menggunakan alutsista tersebut.

“Saya wajib memenuhi permintaan prajurit. Jangan sampai yang dibutuhkan tidak dibeli,yang dibeli tidak digunakan,”tuturnya. Pengamat militer dari Universitas Indonesia Connie Rahakundini Bakrie menyatakan, pengadaan alutsista sebaiknya memang diserahkan kepada pengguna, bukan oleh elite politik. Merekalah yang mengetahui senjata seperti apa yang dibutuhkan.

Sumber: SINDO

TNI Juga Perlu Cermati Produk Alutsista Turki


Armored Combat Vehicle (ACV) produksi FNSS Turki. (Foto: FNSS)

27 Januari 2012, Senayan: Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq berpendapat, alutsista TNI, khususnya untuk kebutuhan tank, jangan hanya berkiblat pada Belanda. Masih ada negara lain yang bisa dijadikan pilihan. Turki adalah salah satunya, mengingat sistem persenjataan Turki berstandar NATO.

"Dimana Turki pun telah menawarkan skema kerja sama dengan industri pertahanan nasional. Sayangnya, Kemhan belum serius menindaklanjutinya, meski sudah ada MoU di level Presiden dan Menhan," tegasnya.

Menurut Mahfudz, prioritas modernisasi alutsista harus diberikan ke penguatan kemampuan pengamanan wilayah maritim dengan prinsip matra terpadu. Selain untuk memperkuat keamanan nasional, modernisasi alutsista juga mesti memberi dampak ekonomi, yaitu menekan potensi kerugikan ekonomi akibat lalu-lintas ilegal di kawasan maritim Indonesia, termasuk di tiga jalur ALKI.

"Jadi, modernisasi alutsista Rp 150 triliun tidak akan punya nilai tambah, tanpa diikuti kebijakan revitalisasi industri pertahanan nasional. SDM BUMNIP (Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan) kita pun saat ini banyak dan sekarang tersebar di banyak negara. Karena itu, saatnya kita berdayakan mereka. End-user produk BUMNIP banyak. Ada TNI, Polri, Kemhub, KKP, BNPT, BNPB, Kemenkominfo, ddan lainnya. Total belanja modal mereka tiap tahun besar," ujarnya.

Secara ekonomi dan politik,kata Mahfudz, posisi Rusia, Cina, dan Turki akan terus menguat. Sehingga Indonesia perlu kembangkan kerja sama dengan negara-negara ini, selain tetap melanjutkan kerja sama dengan AS, Eopa, dan Korsel. Ini implementasi dynamic equilibrium yang digagas Presiden SBY. Kalau tidak, maka itu hanya sekadar retorika.

Kebijakan politik luar negeri dari Kemlu juga harus jadi bagian integral dari kebijakan pengadaan alutsista TNI dan juga bagi Polri.

"Sayang selama ini Kemlu belum banyak terlibat atau dilibatkan. Fenomena menguatnya Asia, khususnya Asia Timur harus dikaji dan ditindaklanjuti secara khusus," tegasnya.

Di Asean misalnya, neraca perdagangan RI dengan Singapura dan Thailand defisit sangat besar. Secara total Indonesia pun mengalami defisit dengan Asean.

"Belum lagi Asean plus tiga dan plus enam. Makin berat defisitnya. Cina sudah berhasil ikat Asean dengan CAFTA. Sementara Indonesia masih belum mampu identifikasi aktor-aktor kekuatan yang harus jadi mitra strategis secara ekonomi dan politik. Kita pun masih asyik dengan panggung diplomasi politik di arena regional dan multilateral.Kalo saja kapasitas ekonomi kita belum bisa jadi leverage, minimal kita tidak boleh defisit dalam national self-pride," pungkasnya.

Sumber: Jurnal Parlemen

TNI Lirik Tank T-90 Calon Pengganti Leopard


MBT T-90S buatan UralVagonZavod, Rusia. (Foto: uralvagonzavod)

30 Januari 2012, Jakarta: TNI memiliki skenario lain jika pembelian tank Leopard dari Belanda tidak disetujui DPR. Tank Rusia T-90 bisa menjadi pilihan.

Hal itu diakui oleh Panglima TNI Laksamana (TNI) Agus Suhartono di Gedung DPR RI, Jakarta (30/1).

Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menjelaskan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) masih memperdebatkan rencana tersebut. Leopard dianggap tidak cocok dengan kondisi jalan di Indonesia.

TNI memiliki opsi lain jika rencana pembelian Leopard buatan Jerman tersebut tidak disetujui DPR. Tank Rusia T-90 bisa menjadi pilihan.

T-90 adalah Main Tattle Tank buatan Rusia hasil pengembangan dari tank T-72. Tank paling modern di angkatan darat dan marinir Rusia ini dianggap satu kelas dengan tank Leopard 2A6 dan 2A7 buatan Jerman.

Tank jenis T-90 ini juga dioperasikan oleh sejumlah negara lain seperti India. T-90 merupakan penerus T-72BM dan menggunakan senjata dan 1G46 gunner sight dari T-80U, sebuah mesin baru, dan pengindera panas .

Menurut Agus Suhartono, dalam membeli tank banyak opsinya termasuk dari produksi dalam negeri. “Kalau dari dalam negeri itu bagus,” paparnya.

Kalau pemerintah Indonesia belum bisa memproduksi, bisa kerjasama dengan pihak lain. “bisa join dengan negara lain. Kalau tidak bisa juga beli dari luar negeri,” pungkasnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya rencana pemerintah Indonesia membeli tank bekas jenis Leopard dari Belanda mendapat penentangan dari Komisi I DPR. Pihak Komisi yang membidangi pertahanan ini berpendapat tank Leopard tidak sesuai dengan kondisi wilayah Indonesia.

TNI Pertimbangan Beli Tank Pindad

Tentara Nasional Indonesia(TNI) mempertimbangkan untuk membeli tank produksi PT Pindad. Wacana itu mengemuka ditengah tarik ulur rencana pembelian tank Leopard buatan Belanda.

“Kan ada aturannya, begini, kalau bisa diproduksi dalam negeri, harus di dalam negeri. Kalau tidak bisa, harus join production. Kalau tidak bisa ,baru beli dari luar negeri. Itu ada pedomannya. Harus kita ikuti,”ujar Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono di gedung DPR, Jakarta, Senin(30/1/2012).

Menurut Panglima, pihaknya sangat setuju apabila nantinya bisa membeli produk tank dalam negeri, terlebih lagi buatan PT. Pindad.

“Itu salah satu opsi juga, bisa kita pertimbangkan. Bagus sekali kalau bisa dalam negeri,”jelasnya.

Rencana pembelian tank Leopard sendiri kata Panglima hingga saat ini belum mencapai titik finalisasi. “Kan memang belum final,”pungkasnya.

Sumber: Indonesia Today/Surya

Detasemen Bravo Bebaskan Sandera di Kereta Api


Bandung (ANTARA Jabar): Detasemen Bravo Anti Teror (Den Bravo) Wing III Korps Paskhas TNI-AU melakukan simulasi pembebasan sandera di atas Kereta Api di Stasiun Bandung, Sabtu (11/12) tengah malam.

Dalam simulasi penanganan teror dan pembebasan sandera itu, pasukan Den Bravo Anti Teror yang dipimpin Komandan Wing III Korps Paskhas Kolonel Yudi Bustomi sukses melumpuhkan pelaku teror dalam operasi yang digelar mulai pukul 22.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB itu.

Kegiatan latihan penanganan teror itu dilakukan oleh siswa pendidikan kontra teror Den Bravo Wing III Korps Paskhas TNI-AU yang bermarkas di Lanud Sulaeman Margahayu Kabupaten Bandung.

Sebanyak 30 siswa latihan pasukan anti teror TNI-AU itu terlibat dalam aksi pembebasan sandera yang ditandai dengan aksi taktis dari pasukan elit itu. Selain itu tim Bravo juda didukung oleh sekitar 60 personil lainnya dari unsur Polri, POM AD serta Polisi Khusus KA (Polsuska).

Kegiatan latihan kontra teror yang dilakukan pasukan khusus TNI-AU itu sudah beberapa kali digelar, selain di KA dimulasi serupa juga digelar di pesawat terbang, gedung dan di angkutan bus.

"Latihan kontra teror di atas KA dan Stasiun KA jelas sangat bermanfaat bagi kami di jajaran PTKA, untuk itu petugas stasiun juga dilibatkan dalam kegiatan simulasi ini, sehingga mereka tahu betul apa yang harus dilakukan bila dihadapkan dengan kondisi seperti itu," kata Kepala Humas PTKA Daop II Bandung, Bambang Setya Prayitno.

Menurut Bambang, jajaran PTKA sudah melakukan antisipasi, salah satunya melakukan pemeriksaan dengan menggunakan metal detector di pintu masuk stasiun KA serta menyertakan petugas khusus Polsuska untuk pengawalan dan pengamanan perjalanan KA.

"Ada prosedur tetap yang diterapkan bila menghadapi aksi teror antara lain koordinasi antara masinis, awak KA, petugas stasiun terdekat serta petugas keamanan," kata Bambang.

Selain itu antisipasi teror, seperti kasus pembajakan KA, PTKA memberlakukan pengamanan khusus selain menyertakan Polsuska, juga memberlakukan larangan memasuki ruang masinis bagi yang tidak berkepentingan.

Sementara itu latihan penanganan anti teror di atas KA dan stasiun itu menurut Bambang bukan berarti perjalanan KA tidak aman melainkan sebagai langkah antisipasi dan kesiapan aparat keamanan dalam melakukan aksi pencegahan terhadap aksi terorisme.

"Kegiatan ini meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan aparat dalam menangani kasus tersebut, secara umum perjalanan KA sangat kondusif," kata Kepala Humas PTKA Daop II Bandung itu menambahkan.

Sumber: ANTARA Jabar

Paskhas ”Jinakkan Bom” di Tubuh Sandera


Sejumlah anggota Paskhas TNI AU melakukan simulasi anti teror pembebasan sandera di Mall Bandung Indah Plaza (BIP), Bandung, Jawa Barat, Selasa (13/12). Simulasi pembebasan sandera merupakan kegiatan latihan taktis dari siswa Kontra Teror Bravo Angkatan VIII Wing III. (Foto: ANTARA/Agus Bebeng/ss/pd/11)

14 Desember 2011, Bandung (SINDO): ”Apabila pemerintah tidak menuruti apa yang diinginkan oleh kami, kami akan meledakkan bom yang telah terpasang di tubuh sandera dan pada genset mal ini, kapan pun kami mau,” kata seorang teroris terdengar keluar dari radio panggil milik salah satu anggota Tim Den Bravo 90 Paskhas TNI Angkatan Udara.

Mal yang dimaksud yakni Bandung Indah Plaza (BIP) di Jalan Merdeka,Kota Bandung. Rupanya tempat hang out anak-anak muda di Bandung itu sedang diancam diledakkan oleh sebuah kelompok teroris, kemarin. Sekitar 30 anggota tim itu langsung terbagi dalam dua titik koordinasi.

Tim pertama berusaha menyelamatkan kepungan teroris di Studio 5 Cinema XXI, sementara sisanya melakukan rappeling dari atas gedung untuk terus ke halaman parkir di basement. Dan menjinakkan bom yang dipasang di genset. Saat tim pertama tiba di studio 5, teroris telah menembaki pengunjung.

Mayat terlihat bergelimpangan di berbagai penjuru studio.Tujuh pengunjung disandera dan satu di antaranya seorang pejabat pemerintahan. Diwarnai aksi saling tembak antara teroris dan Tim Den Bravo 90, sebanyak tiga sandera berhasil dibawa oleh tim keluar melewati tangga darurat.

Rakitan bom yang menempel pada salah satu sandera dijinakkan, dan para sandera dibawa tim berikutnya yang telah sigap di halaman BIP Jalan Merdeka dengan mobilnya. Rangkaian penanganan Tim Den Bravo 90 Paskhas TNI AU itu dilakukan sebagai simulasi dari siswa Pendidikan Kontra Intelejen Bravo yang terdiri atas 30 orang.

”Kegiatan kontra teror bravo ini merupakan kegiatan akhir dari latihan taktik siswa Sekolah Kontra Teror Bravo angkatan ke-8,”ujar Komandan Wing III Paskhas TNI AU Kolonel Psk Yudi Bustami kepada wartawan. Menurutnya,skenario teror di tempat keramaian diharapkan dapat menunjukkan Tim Den Bravo 90 mampu menjinakkan ancaman bom dengan cepat.

Melancarkan skenario itu, pihaknya meletakkan empat orang teroris menguasai basement dan empat orang lagi di bioskop.Yudi menyatakan, ketigapuluh siswanya dibekali kemampuan dasar maupun khusus yang mumpuni menjadi tim penanganan ancaman bom.

”Mereka memiliki kemampuan dasar yang dilengkapi kemampuan bela diri,menembak, dan menguasai teknik penjinakkan bahan peledak,” kata dia.

Sumber: SINDO

Kasau: TNI AU Harus Siap Menghadapi Perang


Bandung (Pelita): Sebagai organisasi perang, TNI Angkatan Udara harus mampu mengelola setiap unsur dari organisasinya untuk siap menghadapi perang. Oleh sebab itu mempelajari perang dan aplikasinya dalam dunia nyata adalah sebuah keharusan.

Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP yang dibacakan Wakil Kasau Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi pada pembukaan Latihan Angkasa Yudha tahun 2011 di Seskoau, Lembang Bandung, Selasa (13/12).

Dikatakannya, meskipun latihan Angkasa Yudha dilaksanakan dalam bentuk gladi posko dan TAMG (Tactical Air Manouvre Game), namun diharapkan setiap personel yang terlibat serius dalam melaksanakan tugas dan perannya. Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi TNI AU untuk memanfaatkan latihan secara maksimal guna menguji doktrin yang telah ada.

“Latihan ini sebagai pijakan dalam penerapan prinsip “unity of command” yaitu dalam perang modern seluruh kekuatan udara harus berada dibawah satu kesatuan komando”, tegasnya.

Latihan sebagai ajang untuk meningkatkan sinergi kemampuan dan kekuatan melalui “interoperability” seluruh kekuatan tempur TNI AU ini, bertema “Komando Tugas Udara (Kogasud) bersama dengan Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) melaksanakan operasi Udara di wilayah NKRI dalam rangka mendukung tugas pokok TNI”.

Latihan Angkasa Yudha 2011 merupakan latihan puncak TNI AU dan akumulasi dari berbagai latihan yang telah dilaksanakan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut. Sebagai latihan puncak TNI AU, maka konsekuensi hasil dicapai merupakan refleksi dan dari segala usaha maupun hasil pembinaan yang dilakukan dibidang intelijen, operasi, personel, logistik serta di bidang komlek.

Sumber: Pelita

Super Tucano Tiba di Malang Pada Maret 2012


Super Tucano mampu mendarat di landasan tanah atau rumput. (Photo: Embraer)

8 Januari 2012, Malang: Empat dari 16 pesawat tempur Super Tucano A29 buatan Brazil direncanakan tiba pada Maret 2012 untuk melengkapi sistem persenjataan TNI AU khususnya di Pangkalan Udara Abd Saleh, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Pangkalan Udara Abd Saleh, Kolonel Pnb Novianto Widadi, Minggu, mengatakan, secara umum Lanud Abd Saleh siap menyambut kedatangan pesawat tempur itu, dan akan menggantikan posisi pesawat tempur Oviten-10F Bronco yang sudah memasuki masa "grounded".

Kesiapan yang sudah dilakukan, meliputi sejumlah fasilitas pendukung di Lanud Abd Saleh, seperti shelter atau tempat lokasi parkir pesawat, serta 12 pilot khusus yang telah dilatih untuk menukangi pesawat tersebut.

"Kami terus menyiapkan pendukung lainnya untuk kedatangan pesawat tempur canggih itu, termasuk pilot khusus yang berusia minimal 24 hingga 35 tahun dan ahli dalam berbahasa inggris," katanya.

Dengan tibanya pesawat pada bulan Maret, diharapkan nantinya bisa dipertunjukan kepada masyarakat pada peringatan HUT TNI AU tanggal 9 April 2012.

Sementara itu, rencananya pesawat tersebut akan digunakan untuk misi operasi taktis dalam membantu pasukan di darat, sebab pesawat itu memiliki keunggulan "close air support".

Selain itu, pesawat yang memiliki mesin tunggal buatan "Empresa Braziliera de Aeronautica", juga memiliki kemampuan menembakan asap ke darat secara cepat untuk menunjukkan posisi musuh.

Pesawat itu nantinya tidak hanya digunakan sebagai pesawat latih, namun juga digunakan misi pengamanan wilayah perbatasan, untuk memastikan tidak adanya pelanggaran batas negara oleh pihak lain.

"Total pesawat yang kita pesan sebanyak 16 unit, dan pengiriman akan dilakukan secara bertahap, diawali dengan kedatangan empat unit pada Maret 2012, dan akan ditempatkan pada Skuadron 21 Lanud Abd Saleh," katanya.

Source: ANTARA Jatim

Indonesia Pastikan Beli Enam Sukhoi Lagi


14 Januari 2012, Balikpapan: Pemerintah Indonesia dipastikan menambah enam lagi pesawat tempur bikinan Rusia jenis Sukhoi. Dengan pembelian enam Sukhoi itu maka praktis Indonesia lengkap memiliki satu skuadron atau 16 buah pesawat tempur canggih.

“Selain itu, kita juga akan tambah tiga kapal selam dan pesawat-pesawat F-16 sehingga di akhir masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang YUdhoyono, pertahanan kita akan kuat sekali,” kata Purnomo Yusgiantoro, Menteri Pertahanan di Pelabuhan Semayang, Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (14/1/2012).

Menhan Purnomo Yusgiantoro berada di Balikpapan dalam rangka penutupan pelayaran Saka Bahari Nusantara yang dimulai sejak akhir Desember 2011.

“Itu karena sekarang ekonomi kita kuat sekali. Kita punya anggaran Rp150 triliun untuk pertahanan,” tambah Purnomo.

Saat ini TNI AU sudah memiliki 10 pesawat Sukhoi yang pengadaannya dimulai sejak masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Saat itu pemerintah hanya menargetkan memiliki satu skuadron mini atau berkekuatan 12 pesawat Sukhoi SU-27 dan Sukhoi SU-30.

Seluruh kekuatan itu, termasuk kapal selam, bertugas di wilayah timur Indonesia, terutama menjaga alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) II, yaitu dari utara perbatasan dengan Malaysia dan Filipina, Selat Makassar, hingga kepulauan Nusa Tenggara di selatan.

“Dari Makassar hanya perlu sekitar satu jam bagi Sukhoi dengan terbang normal untuk mencapai perbatasan dengan Malaysia di Sabah. Sementara Sukhoi mampu terbang hingga mach-2 atau dua kali kecepatan suara,” kata Komandan Skadron Udara XI Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Letkol Penerbang Tonny Haryono dalam kesempatan terpisah.

Penambahan Sukhoi itu melengkapi penambahan armada tempur udara Indonesia, yang juga diperkuat pesawat-pesawat F-16. Pada 2014 mendatang TNI AU akan mendapat 24 pesawat F-16 Block 32 yang diretrofit jadi Block 52 sehingga meski bekas USAF (angkatan udara Amerika Serikat), pesawat tersebut kemampuan tempur sama seperti pesawat baru.

Gaji Prajurit TNI Naik Hingga 40 Persen

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa pemerintah telah merenumerasi atau menambah gaji prajurit TNI hingga 40 persen, pengadaan gaji ke-13, kenaikan berkala, uang lauk pauk, santunan bagi mereka yang cacat karena menjalankan tugas selain dari yang diberikan ASABRI (asuransi khusus TNI), dan juga beasiswa khusus untuk anak-anak anggota TNI.

Program peningkatan kesejahteraan prajurit TNI itu terkait dengan penambahan alokasi anggaran yang diberikan kepada TNI sebesar Rp 150 triliun. Selain program kesejahteraan anggaran sebesar itu juga digunakan untuk pembelian banyak suku cadang baru persenjataan TNI, baik Angkatan Darat, Angkatan Laut, maupun Angkatan Udara.

“Misi kita adalah mengembalikan kekuatan kita sebagai salah satu negara besar di dunia,” tegas Purnomo saat penutupan pelayaran Saka Bahari Nusantara, berlokasi di Pelabuhan Semayang, Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (14/1/2012).

Adapun peralatan dan persenjataan yang akan diadakan terkait pertahanan keamanan, antara lain, rencana pembelian enam pesawat tempur Sukhoi, tiga kapal selam dan pesawat-pesawat F-16.

Sumber: Surya

Avionik F-5 Tiger akan Ditingkatkan oleh Perusahaan Asal Surabaya


Aktivitas programmer di Infoglobal. (Foto: infoglobal)

18 Januari 2012, Jakarta: Untuk mencapai Minimum Essential Forces (MEF), TNI berupaya meningkatkan kemampuan daya tangkal Alutsistanya dengan membeli Alutsista baru guna menggantikan yang lama, dan meningkatkan kemampuan Alutsista yang ada dengan mencangkokan teknologi terkini di Alutsista yang masih laik. Salah satu Alutsista lama TNI yang masih beroperasi namun perlu peningkatan teknologi, adalah pesawat tempur TNI AU, jenis F-5 E/F Tiger II.

Walau sempat diisukan F-5 E/F TNI AU akan digantikan dengan F-16, namun dengan telah dibukanya embargo militer Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia, pesawat tempur yang dibeli tahun 1980 dapat lebih maksimal menjalankan tugasnya.

Kepada itoday, PT. Infoglobal Teknologi Semesta mengatakan, rencananya perusahaan asal Surabaya inilah yang akan meningkatkan kemampuan avionik sang Macan TNI AU. Sehingga pesawat tempur yang dibeli untuk menggantikan Mig-21 TNI AU ini bisa tetap beroperasi di masa depan.

Pesawat tempur F-5 E/F TNI AU sendiri sebenarnya pernah ditingkatkan kemampuannya di 1995 oleh SABCA, perusahaan asal Belgia dalam proyek Modernization of Avionics and Navigation (MACAN).

Kesempatan yang didapatkan perusahaan lokal untuk meningkatkan kemampuan pesawat tempur TNI AU ini, disebabkan karena SABCA, Belgia yang menjalankan proyek MACAN dahulu sudah tidak ada lagi.

Hal tersebut dianggap sebagai sebuah peluang bagi PT. Infoglobal Teknologi Semesta untuk membuktikan diri, bahwa perusahaan lokalpun mampu meningkatkan kemampuan avionik pesawat tempur TNI AU. Apalagi, Infoglobal sudah berpengalaman mengganti avionik pesawat tempur jenis Hawk TNI AU.

Salah satu avionik F-5 E/F TNI AU yang akan ditingkatkan kemampuannya, adalah perangkat Inertial Navigation Unit (INU). Infoglobal sendiri sudah mampu membuat perangkat INU untuk F-5 yang juga bisa dipasangkan di F-16 milik AU.

Dan perangkat INU buatan Infoglobal sendiri bukanlah produk sembarangan. Alat navigasi lokal ini menyabet penghargaan Indigo Fellow 2010 untuk bidang pengembangan industri kreatif digital nasional.

Avionik Lokal di Lirik Negara Asing

Anak Indonesia kembali mencetak prestasi di luar negeri. Kali ini sebuah perusahaan avionik pesawat tempur, PT. Infoglobal Teknologi Semesta (Infoglobal) asal Surabaya, berhasil mengekspor produknya ke negara tetangga, Malaysia.

Ditemui itoday di acara Rapat Pimpinan TNI 2012 di Mabes TNI, Cilangkap, perwakilan Infoglobal mengatakan bahwa perusahaan asal Kota Pahlawan ini mendapatkan kepercayaan dari Malaysia, untuk mengganti avionik Digital Video Recorder (DVR) dan Radar Monitoring Unit (RMU) 18 pesawat tempur Hawk milik Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM).

DVR adalah alat perekam video, radar dan audio di kokpit pesawat dalam format digital. DVR merekam video dari kamera pesawat, simbologi data-data penerbangan, view yang disaksikan pilot serta suara percakapan di kokpit pesawat.

Sedangkan RMU adalah perangkatavionik yang berfungsi menampilkan informasi hasil tangkapan radar yang ada di pesawat tempur tipe Hawk 200.

Berita diliriknya produk lokal oleh asing ini menjadi kebanggaan tersendiri, dimana situasi sekarang, masyarakat dan juga pemerintah masih menganggap produk pertahanan dalam negeri masih kalah bersaing dengan produk luar, hanya karena dianggap belum terbukti kualitasnya, alias belum battle proven.

Sumber: Indonesia Today

Sasaran Kebijakan TNI AU 2012


Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP., memberikan keterangan pers kepada wartawan usai pembukaan Rapim TNI AU dan Apel Komandan Satuan Tahun 2012 di AAU, Yogyakarta, Kamis. (26/1).

27 Januari 2012, Yogyakarta: Kesiapan operasional TNI Angkatan Udara difokuskan pada tercapainya kemampuan operasional secara terpadu dari satuan-satuan TNI Angkatan Udara, dengan demikian kesiapan operasional dan tuntutan kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM) TNI Angkatan Udara dapat tercapai dan diandalkan.

Demikian dikatakan Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP., pada pembukaan Rapim TNI AU dan Apel Komandan Satuan Tahun 2012 di AAU, Yogyakarta, Kamis. (26/1).

Rapim TNI AU merupakan tindak lanjut dari Rapim TNI yang baru saja dilaksanakan dan sebagai upaya untuk memantapkan konsolidasi dalam jajaran Angkatan Udara, sehingga lebih memantapkan peran pengabdian sesuai bidangnya serta kepadulian Angkatan Udara terhadap agenda nasional beserta dinamikanya.

Adapun sasaran kebijakan TNI AU tahun 2012 adalah:
- Tercapainya right sizing organisasi;
- Terbentuknya Satrad 246 Timika;
- Skadron UAV di Lanud Supadio;
- Peningkatan dari Lanud tipe B ke tipe A (Supadio dan Pekanbaru);
- Peningkatan Lanud tipe C ke tipe B (El Tari Kupang, Patimura Ambon, Manuhua Biak, Ngurah Rai Bali);
- Peningkatan Lanud tipe D ke tipe C (Lanud Morotai);
- Pembentukan Sathar 14, Depohar 10;
- Perubahan nama lanud;
- Terwujudnya implementasi kerjasama dengan Negara sahabat di bidang pendidikan dan latihan operasi;
- Sinkronisasi kerjasama industri dalam negeri;
- Percepatan pengadaan alutsista dan peningkatan kesiapan pesawat;
- Inovasi teknologi litbang;
- Tertib perencanaan dan pengelolaan anggaran serta mewujudkan clean and good governance.

Sedangkan untuk melanjutkan program peningkatan kemampuan alutsista TNI Angkatan Udara, sudah dicanangkan dalam renstra pembangunan TNI AU tahun 2010-2014. Dari rencana tersebut tahun anggaran 2012 kebutuhan jam terbang sebanyak 60.061 jam digunakan untuk mendukung kesiagaan penanggulangan bencana, latihan awak pesawat, operasi, pendidikan dan kegiatan lainnya. Sedangkan radar membutuhkan jam operasional sebanyak 18 jam perhari.

Sumber: TNI AU

Anggaran Alutsista TNI Angkatan Udara Bertambah


Super Tucano AU Kolombia. Indonesia membeli 16 unit Super Tucano dari Embraer. Batch pertama dijadwalkan tiba di Indonesia pada Maret 2012. (Foto: Embraer)

28 Januari 2012, Jakarta: Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan TNI AU mendapat tambahan anggaran pada tahun anggaran 2012. Penambahan anggaran tersebut akan difokuskan pada pengadaan dan peningkatan kemampuan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI AU sesuai rancangan Minimum Essential Force (MEF) yang telah ditetapkan. Demikian disampaikan KSAU pada penutupan Rapim TNI AU dan Apel Komandan Satuan Tahun 2012 di Kampus AAU, Yogyakarta, Jumat (27/1).

KSAU berharap setiap instansi terkait dengan program pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI AU agar betul-betul merencanakan dan melaksanakan sesuai prosedur dan tataran kewenangan yang dimilki. Hal ini penting agar program yang dilaksanakan akan berjalan dengan lancar dan tidak menjadi permasalahan.

Menurutnya, anggaran yang diberikan oleh negara kepada TNI AU berasal dari rakyat dan diawasi oleh rakyat sehingga harus mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan dengan anggaran tersebut. Untuk mewujudkan kekuatan pokok minimum, menurut Imam, komandan harus menjadi figur sangat dominan dalam meraih keberhasilan dan mampu menciptakan satuan yang kondusif untuk melaksanakan program peningkatan kesiapan alutsista.

Selain itu, komandan juga harus mampu membawa anggotanya untuk bekerja sama dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab satuan. Imam berharap tunjangan kinerja/renumerasi yang telah diberikan agar semakin memupuk motivasi, dedikasi dan etos kerja yang tinggi.

Juga menumbuhkembangkan sifat kepedulian dan inisiatif terhadap situasi kegiatan disekelilingnya khususnya kepedulian terhadap alutsista yang dioperasikan. "Komandan juga berperan memelihara disiplin anggota dan kerja sama kelompok untuk menjaga soliditas dan harmonisasi di antara sesama serta meningkatkan nilai-nilai kejujuran dan loyalitas terhadap organisasi TNI Angkatan Udara," kata Imam melalui siaran pers Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama TNI Azman Yunus.

Sumber: Jurnas

Kasal: Kapal Selam Pertama Selesai 2015



ROKS Lee Eokgi kapal selam kelas Chang Bogo. (Foto: US Navy)

18 Januari 2012, Jakarta: Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan, kapal selam pertama dari tiga unit yang dipesan dari Korea Selatan, akan selesai pada 2015.

"Untuk yang pertama diperkirakan selesai pada 2015," katanya, di sela Rapat Pimpinan TNI 2012 di Mabes TNI, Jakarta, Rabu.

Ia menegaskan kontrak pengadaan tiga kapal selam baru untuk TNI Angkatan Laut telah ditandatangani antara Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dengan perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding Marine Enginering (DSME).

Kontrak tersebut ditandatangani pihak Kemhan RI diwakili oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan RI Mayjen TNI Ediwan Prabowo, sedangkan pihak DSME diwakili oleh President & CEO DSME Sang-Tae Nam pada Desember 2011.

Kasal menambahkan, untuk kapal selam pertama itu sepenuhnya dibuat di Korea Selatan, dan dua unit sisanya akan dikerjakan bersama antara Indonesia dan Korea Selatan untuk selanjutnya sepenuhnya dikerjakan Indonesia yakni PT PAL.

Senada dengan Kasal, sebelumnya Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menjelaskan dalam kontrak itu ada ketentuan mengenai mekanisme alih teknologi mulai dari awal hingga akhir pengadaan selesai seluruhnya.

"Artinya dari awal pembelian proses alih teknologi itu sudah berjalan, yakni dengan mengirimkan sejumlah teknisi yang masa kerjanya masih panjang untuk melihat langsung proses pembuatan kapal selam itu," ujar Wamenhan.

"Pengadaan sumber daya manusia yang akan dikirim ini menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia, khususnya PT PAL. Dan jumlahnya relatif besar minimal 50 orang," ujar Sjafrie.

Pada pengadaan tahap kedua, para teknisi yang telah dikirimkan tersebut diharapkan mulai terlibat dalam hal-hal teknis menyangkut pembuatan kapal selam.

"Nah disini mulai ada interaksi fisik langsung para teknisi kita dalam proses pembuatan kapal selam. Jadi, peran negara produsen sudah sekitar 50 persen diambil oleh para teknisi kita," tutur dia.

Sjafrie menambahkan selama proses pembuatan dua kapal selam itu selain menyiapkan dan mengirimkan para teknisi juga sudah dibangun pula galangannya. "Sehingga semua ini berjalan paralel," katanya.

Selanjutnya, ujar Sjafrie, pada pembuatan kapal selam ketiga sudah dapat dilakukan di Indonesia dan seluruhnya dilakukan oleh tenaga-tenaga Indonesia.

"Itu kebijakan dasar, strategi besar dalam mekanisme pengadaan alat utama sistem senjata yang ditetapkan Indonesia baik untuk pengadaan alat utama sistem senjata berteknologi tinggi seperti kapal selam, maupun berteknologi sedang," kata Wamenhan.

Sumber: ANTARA News

Dua Sukhoi dari Rusia Tiba Tahun Ini

Upacara penyerahan tiga pesawat tempur baru Sukhoi Su-27SKM buatan Rusia kepada TNI AU. (Foto: Kedutaan Besar Federasi Rusia untuk Republika Indonesia)

16 Januari 2012, Jakarta: Dua pesawat jet tempur Sukhoi Su-30 MK2 akan tiba dari Rusia tahun ini. Keduanya merupakan bagian dari pembelian enam Sukhoi yang sudah diresmikan melalui penyerahan kontrak antara Kementerian Pertahanan RI dengan produsen pesawat Rusia, JSC Rosoboronexport.

Serah terima dilakukan bertahap mulai tahun ini sampai 2014. "Tahun 2012 rencananya akan didatangkan dua pesawat, selanjutnya tahun 2013 dua pesawat, dan tahun 2014 dua pesawat lagi," kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Imam Sufaat, Senin 16 Januari.

Enam unit Sukhoi Su-30 MK2 ini sejak awal dimaksudkan untuk melengkapi jet tempur TNI Angkatan Udara. Saat ini TNI AU telah memiliki 10 unit jet tempur Sukhoi yang terdiri atas enam Sukhoi Su-27 SKM dan empat Sukhoi Su-30 MK2. Rencananya, TNI AU akan menempatkan satu skuadron Sukhoi ini di Pangkalan Udara Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, penambahan Sukhoi ini memang merupakan bagian dari rencana pembangunan kekuatan TNI. Dijelaskan, penambahan tidak hanya dilakukan dengan memanfaatkan produksi luar negeri. "Kami juga tetap memercayakan industri dalam negeri. Salah satunya adalah kerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia,” katanya.

PT DI kini tengah merampungkan helikopter jenis Bell 412 dan Puma untuk Angkatan Darat dan Angkatan Udara. Selain itu PT DI juga sedang menyelesaikan sembilan unit pesawat CN 295 bersama produsen pesawat Airbus Millitary yang berbasis di Spanyol.

Sumber: TEMPO